PERSADARIAU, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun 3,84 persen ke level 6.223,39 cukup mengguncang pasar keuangan, kondisi ekonomi Indonesia semakin mengkhawatirkan.
Pada tahap pertama, indeks sempat anjlok 7,1 persen. Memaksa Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan untuk meredam volatilitas.
Akan tetapi, deflasi tahunan 2024 sebesar 0,09 persen menambah tekanan. Alih-alih membawa manfaat, penurunan harga justru menandakan melemahnya daya beli masyarakat.
Sedangkan di sektor riil melambat, konsumsi rumah tangga tertekan, sementara PHK massal dan tertundanya pengangkatan 1,2 juta CPNS dan CPPPK semakin memperburuk situasi.
“Pasar saham dan ekonomi nyata sedang menghadapi tekanan serius. Investor kehilangan kepercayaan, masyarakat menahan belanja. Jika ini berlanjut, dampaknya akan semakin luas,” ujar Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, M Hanif Dhakiri dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (19/3/25).
Menurutnya, kondisi ini adalah sinyal peringatan. Pasar saham jatuh karena ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang lemah, sementara deflasi mencerminkan kurangnya permintaan di sektor riil. Investor butuh kepastian kebijakan, sementara masyarakat butuh kepastian ekonomi.
“Stimulus ekonomi harus segera dipercepat. Bantuan sosial, insentif pajak, serta pencairan THR harus berjalan tepat waktu untuk menopang daya beli,” tegas Hanif.
Ia menegaskan, pemerintah harus bergerak cepat dan presisi. Kepercayaan pasar harus dipulihkan, investasi harus didorong, dan kebijakan moneter serta fiskal harus selaras agar ekonomi tidak semakin terpuruk.
“Ekonomi butuh kepastian, bukan sekadar wacana. Jika tidak ditangani dengan tepat, kita bisa menghadapi perlambatan yang lebih dalam,” pungkasnya. **