PERSADARIAU, PELALAWAN – Komitmen APRIL Group dalam pengelolaan hutan yang berkelanjutan dengan pendekatan Produksi-Proteksi.
Justru tampak bertolak belakang dengan fakta yang terjadi. Salah satu perusahaan pemegang konsesi yang terafiliasi dengan APRIL Group menjadi penyumbang polusi udara.
Peristiwa kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) belum lama ini, ditemukan titik panas (hot spot) di areal konsesi PT Selaras Abadi Utama (PT SAU).
Berdasarkan hasil analisis interpretasi citra satelite Sentinel-2 pada Juli 2025. Lahan yang terbakar di kawasan PT SAU luasnya sekitar 143 hektare.
Merujuk data Jikalahari, areal konsesi anak usaha PT RAPP itu luasnya 85.996 hektare, dengan karakteristik gambut seluas 85.940 hektare.
Lokasi kebakaran dalam areal PT SAU di Desa Parit Baru, Kelurahan Pangkalan Terap, Kecamatan Teluk Meranti, menghanguskan hutan alam dan semak belukar.

Seluruh lahan yang terbakar dalam kawasan gambut Prioritas Restorasi Gambut, kategori Prioritas lindung gambut berkanal dan tidak berkanal, Prioritas gambut budidaya.
Selain itu, di sekitar lokasi karhutla tidak ditemukan menara pemantau api milik korporasi tersebut.
Padahal tower pemantau api merupakan sarana dan prasarana deteksi dini karhutla, yang harus dibangun oleh setiap pemilik izin konsesi.
Ketentuan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 32 Tahun 2016.
Upaya mitigasi yang dilakukan PT SAU dalam kasus ini menurut data temuan NGO Lingkungan Jikalahari, sangat lemah dan tidak serius.
PT SAU patut diduga sengaja membiarkan karhutla itu berlangsung, meski sebagian besar lahan berada di wilayah gambut dengan potensi terjadinya kebakaran sangat tinggi.
Terkait kebakaran di konsesi PT SAU, Persadariau mencoba menanyakan dua hal kepada pihak manajemen perusahaan ini, pada Kamis (21/8/25).
Pertama, apa alasan PT SAU tidak mendirikan menara pemantau api. Dan yang kedua, apakah PT SAU mengetahui penyebab terjadinya karhutla.
Namun, Andika selaku humas pada korporasi Hutan Tanaman Industri (HTI) itu tidak merespons konfirmasi hingga berita ini diterbitkan.
Sus

