Tangkapan layar vidio pengeroyokan
PERSADARIAU, PELALAWAN — Sempat viral dibeberapa media lokal diberitakan adanya tawuran pelajar yang terjadi di Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan Riau pada Ahad (2/6/2025) malam wib.
Hal itu dibenarkan oleh Kapolres Pelalawan AKBP Afrizal Asri dalam mediasi malam itu juga.
” Tawuran remaja, Langsung kita selesaikan malam itu juga,” jawabnya kepada Persadariau, Rabu (4/6/2025).
Ia mengatakan tidak melibatkan perwakilan suku, mengingat pelakunya masih banyak dibawah umur.
” Karena banyak yang dibawah umur makanya kita panggil orang tua mereka untuk kita berikan nasehat untuk pembinaan dan pengawasan terhadap pergaulan anak-anak mereka dan juga memberi arahan kepada anak-anak yang tawuran untuk tidak mengulangi lagi tawuran dan langsung kita serahkan kepada orang tua masing-masing,” jelasnya.
Para pelaku penyerangan, katanya dari kalangan pelajar dan beberapa baru lulus SMA. ” Remaja ada yg masih sekolah dan ada yg baru lulus sekolah SMU,” ujarnya.
Ketika ditanyai penindakan hukum, Afrizal menjelaskan para pihak sudah bersepakat diselesaikan dengan berdamai.
” Malam itu kita sudah sepakat dengan semua org tua yg hadir bahwasanya masalah tersebut diselesaikan dengan cara damai. Semua orang tua yang hadir juga sudah buat surat pernyataan untuk berdamai,” ujarnya menjelaskan.
Pihak keluarga korban pengeroyokan mengaku trauma atas kejadian malam itu. Bukan hanya anaknya yang jadi bulan-bulanan sekelompok massa yang menerobos masuk kedalam rumahnya, tapi juga ayah dan paman korban juga ikut menjadi korban.
Istri dan anak-anak saya trauma, pak. Ada sekitar 40-50an orang malam itu,” ungkap ayah korban menceritakan kejadian malam itu kepada Persadariau, Rabu (4/6/2025).
Ia mengatakan janji pihak kepolisian pada saat mediasi itu akan menangkap pelaku provokasi dalam waktu 1×24 jam.
“Janjinya gitu saat malam mediasi, tapi Alhamdulillah sampai saat ini belum satupun pelaku yang ditangkap,” katanya.
Ia juga menolak jika kejadian malam itu dikatakan tawuran. Melainkan pengeroyokan membabi buta.
Saudara korban menjelaskan peristiwa saat itu merupakan tindakan kriminal dan dampak dari kejadian malam itu menyebabkan trauma serius tidak hanya bagi korban, tapi juga ibu serta keluarga korban yang ada saat itu.
Ini bukan tawuran, pak. Tapi pengeroyokan,” jawab keluarga korban tegas.
” Pengeroyokan merupakan tindakan kriminal yang melibatkan sekelompok orang yang secara bersama-sama melakukan kekerasan terhadap individu atau kelompok lain. Kasus pengeroyokan seringkali menimbulkan dampak serius baik secara fisik maupun psikologis bagi korban, serta memicu kekhawatiran dan ketidaknyamanan di tengah masyarakat,” tulis keluarga korban menjawab klarifikasi Persadariau.
Dampak Pengeroyokan terhadap Anak
Pengeroyokan, atau bullying fisik oleh sekelompok orang, dapat memiliki dampak yang sangat merusak pada anak-anak, baik secara fisik, psikologis, dan sosial. Berikut ini adalah penjelasan lebih rinci mengenai dampak tersebut.
1. Dampak fisik
Anak yang menjadi korban pengeroyokan sering kali mengalami cedera fisik. Ini dapat berkisar dari memar dan luka gores, hingga cedera yang lebih serius sepe.rti patah tulang atau cedera kepala. Dalam beberapa kasus yang ekstrem, pengeroyokan bisa berujung pada kematian. Selain itu, dampak fisik juga bisa berupa gangguan tidur dan penurunan nafsu makan yang bisa berdampak pada kesehatan jangka panjang.
2. Dampak Psikologis dan Emosional:
Dampak psikologis dan emosional dari pengeroyokan seringkali lebih sulit untuk dilihat, tetapi tidak kurang merusaknya. Anak-anak yang dianiaya bisa mengalami stres pasca-trauma, depresi, dan kecemasan. Mereka mungkin mulai merasa takut atau paranoid, merasa tidak aman di lingkungan mereka. Perasaan malu dan rendah diri juga sering dialami, dan dalam beberapa kasus, anak-anak mungkin merasa begitu putus asa sehingga mereka mempertimbangkan atau mencoba melakukan bunuh diri.
3. Dampak Akademik:
Pengeroyokan bisa berdampak buruk pada kinerja akademik anak. Anak yang terus-menerus dianiaya mungkin merasa sulit berkonsentrasi di sekolah, atau mereka mungkin mulai menghindari situasi belajar sama sekali. Hal ini dapat mengarah pada penurunan nilai, absensi yang meningkat, dan dalam beberapa kasus, putus sekolah.
4. Dampak Sosial:
Anak yang menjadi korban pengeroyokan sering kali merasa terisolasi dan kesepian. Mereka mungkin mulai menghindari interaksi sosial dan memiliki kesulitan dalam membangun atau mempertahankan hubungan dengan teman sebaya. Mereka juga mungkin menjadi sasaran pengucilan oleh kelompok mereka, yang bisa memperburuk perasaan kesepian dan isolasi.
5. Dampak Jangka Panjang:
Efek dari pengeroyokan bisa berlangsung jauh setelah insiden tersebut berakhir. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak yang pernah menjadi korban pengeroyokan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan gangguan stres pasca-traumatik di masa dewasa. Mereka juga memiliki risiko yang lebih tinggi untuk masalah kehidupan seperti kegagalan dalam karir, masalah hubungan, dan penyalahgunaan zat.

