- Penulis: Muhammad Imran Kader IMM FSH UIN ALAUDDIN
PERSADARIAU, SULSEL – IMM Bukan Organisasi Hura-Hura, Djazman Alkindi adalah seorang akademisi, aktivis IMM sejati yang mencurahkan segala daya dan upayanya untuk Muhammadiyah dan IMM.
Jika kita telusuri kisah dan perjalanan Djazman alkindi ,beliau merupakan sosok yang dinamis-progresif, senafas dengan kemodernan futuristik dan pemikirannya yang jauh melampaui zaman.
Founding Person IMM telah bersepakat untuk menjadikannya sebagai organisasi kader. Dimana dalam pengertian sederhananya yaitu
“dalam pengembangan organisasinya IMM akan berorientasi kepada kualitas anggota daripada sekadar memperbesar jumlahnya”. Sebagaimana yang telah diatur dalam kepribadian IMM.
Kepribadian IMM tersebut sebenarnya sudah tidak asing lagi di telinga para kader. Muatan isi dalam Tri Kompetensi Dasar IMM bisa digolongkan termasuk dalam kepribadian IMM yang meliputi tiga aspek, yaitu Religiusitas, Intelektualitas, dan Humanitas. Dengan kepribadian tersebut, sulit diharapkan dari IMM kegiatan yang.
“wah” dan sekadar “hura-hura”. Kalaupun IMM tergoda akan hal semacam itu, Djazman alkindi berkeyakinan bahwa IMM akan kembali kepada relnya yang senafas dengan kepribadian itu.
tentu melihat cita-cita Founding father serta ketua umum pertama IMM ini sangat miris bila ditarik dengan kondisi hari ini terlebih lagi melihat dinamika kepemimpinan dan ke organisasian yang berjalan, Politik Dinasti, pemimpin yang jangan kan religius dikatakan kader IMM saja sangat jauh kalau kita melihat roll modelnya secara langsung.
Tentu teman-teman Pimpinan komisariat tidak sulit lagi ketika di pilihkan beberapa bakal nama Pimpinan, karena dari beberapa nama tentunya sangat mudah jika ingin melihat siapa yang paling kompeten mendekati indikator Trikompetensi IMM,
dari beberapa nama Pimpinan yang ada saat ini, sudah tidak jaman lagi memilih seseorang karena kedekatan personal dan kedekatan faksi-faksi IMM harus kita kembalikan marwahnya sesuai niat mulia sang founding father, jangan jadikan IMM sebagai dinasti Politik perlu ada reformasi kepemimpinan.
Maka tautkanlah amanah kepemimpinan pada orang yang kompeten di 3 aspek religiusitas, humanitas dan intelektualitas bukan pada orang yang punya power dan hanya bagus dibicara saja, perhatikan Roll modelnya karena pemimpin akan menentukan Arah gerakan IMM Di masa yang akan datang.
Oke penulis yakin setelah ini teman-teman Pimpinan komisariat tidak bingung lagi menentukan pilihan disamping itu penulis meng-highlight beberapa hal lagi yang perlu diperhatikan semua calon pimpinan karena tidak menutup kemungkinan dari calon pimpinan dengan kualitas terbaik bisa saja akan kalah dengan politik dinasti permainan tendensi faksi-faksi.
jadi sekalian penulis menunjukkan ke semua yang merasa calon pimpinan beberapa hal yang perlu di highlight dan menjadi refleksi bersama.
Banyak ketimpangan berpikir serta paradoks sistem yang selalu kita biarkan contohnya bedakan program kerja dengan kewajiban bidang ada kewajiban bidang yang menjadi siklus dan ada program sebagai pendukung goals dan arah pimpinan, yang kedua jangan jadi ketimpangan kenapa efektivitas dari banyaknya jumlah bidang tidak terasa hingga akar grass root.
baru ramai ketika MUSCAB dan perkaderan ini menjadi penyakit yang tidak sehat sehingga branding bidang perkaderan dan bidang organisasi adalah bidang politik yang jadi rebutan setiap permusyawaratan untuk memasang orang-orang dari faksi tertentu,
sehingga kesan dari bidang lain hanya sebagai bidang tambahan saja di IMM, ini menjadi PR dan Perlu dibenahi, bahwa orang diluar bidang tersebut jg punya Kapasitas dan punya power of change yang lebih karena tidak tertaut pada kepentingan tertentu.
banyak hal sebenarnya kejanggalan tapi sebagai demisioner penulis berharap adik-adik dan teman-teman dari komisariat lah yang mempunyai bahan lebih banyak untuk dimunculkan dipermukaan arena musyawarah nanti sebagai auto kritik dan refleksi yang lebih mendalam.
Terakhir Ada yang menarik dari esai yang ditulis Christian Wal yang mengaitkan beberapa pemikiran fisikawan teoritis modern (Albert Einstein) “Manusia adalah bagian dari keseluruhan, yang kita sebut “Alam Semesta“.
bagian yang terbatas dalam ruang dan waktu. Dia mengalami dirinya sendiri, pikiran dan perasaannya sebagai sesuatu yang terpisah dari yang lain – semacam delusi optik dari kesadarannya.
Khayalan ini adalah semacam penjara bagi kita, membatasi kita pada keinginan pribadi dan kasih sayang untuk beberapa orang terdekat kita.
Tugas kita harus membebaskan diri dari penjara ini dengan memperluas lingkaran welas asih kita untuk menjangkau semua makhluk hidup dan seluruh alam dalam keindahannya.
Tak seorang pun mampu mencapai ini sepenuhnya, tetapi perjuangan untuk slogan itu sendiri merupakan bagian dari petualangan dan landasan bagi keamanan batin.”
Ini selaras jg dengan beberapa pemikiran tokoh cendekiawan muslim, menarik ini dalam perspektif ke kaderan, Calon pemimpin yang sesungguhnya adalah bukan orang terjebak pada delusi Optik dari kesadarannya, tapi orang yang bisa mengontrol diri dan kebiasaannya dan telah selesai pada dirinya salam religiusitas, humanitas dan intelektualitas.(*)