PERSADARIAU, JAKARTA – Badan Intelijen Strategis (BAIS) dan Badan Intelijen Negara (BIN) direncanakan akan digabung menjadi satu.
Menurut pengamat politik Citra Institute Efriza, penggabungan dua lembaga yang memiliki perbedaan segi kekuasaannya, dapat memecah konsentrasi kerja intelijen.
“Akan sangat kuat perdebatan fokus antara BIN dan BAIS. Jika disatukan, kerawanannya adalah terlalu luas aspek fokusnya, sehingga malah dapat menghadirkan permasalahan baru,” ujar Efriza dikutip dari RMOL, Sabtu, (17/5/25).
Diterangkannya, BAIS merupakan lembaga intelijen yang dikuasai oleh Tentara Nasional Indonesia, sedangkan BIN dikuasai Polisi dan melibatkan unsur masyarakat sipil.
“Mengenai sumber daya manusianya diyakini akan turut mewarnai perdebatannya, sebab mereka tampak sama tapi berbeda,” paparnya.
Di samping itu, magister ilmu politik Universitas Nasional (UNAS) itu juga turut menyoroti dari segi politik. Menurutnya, untuk mencapai kesamaan fokus kinerja akan sulit didapatkan.
“Mulai dari kepentingan, hingga materi yang menjadi fokus akan peran dan fungsi kedua lembaga tersebut,” sebut pengamat politik ini. **

