PERSADARIAU, PEKANBARU — Riau The Homeland of Melayu merupakan salah satu provinsi terkaya di indonesia karena hasil pertambangan bahan bakar mentah minyak bumi dan gas. Berdasarkan catatan SKK Migas, sejak mulai beroperasi pada 1951 saat itu hingga Agustus 2023 minyak yang diproduksikan dari blok ini mencapai 11,69 miliar barel. Bahkan, produksi Blok Rokan mencapai hampir separuh produksi nasional, atau 46% dari produksi nasional. Artinya, tanpa adanya Blok Rokan di Riau, kebutuhan impor minyak mentah Indonesia semakin melebar. Apalagi dengan kondisi harga minyak dunia yang saat ini selalu tidak stabil.
Provinsi Riau diuntungkan dengan posisi yang sangat strategis karena berada di Cekungan Sumatera Tengah (Central Sumatera Basin / CSB) yang kaya dengan minyak bumi. CSB ini menjadi daya Tarik tersendiri karena memiliki ratusan lapangan minyak. Misalnya Wilayah Kerja Rokan yang terletak di Cekungan Sumatera Tengah ini memiliki lebih dari 100 lapangan, Wilayah Kerja Kampar dan Siak yang berada di bawah Pertamina Hulu Energi (PHE) memiliki puluhan lapangan dan begitu juga dengan WK CPP Blok, WK Malacca Strait yang jika kita total kan lebih dari 200 an lapangan minyak dan gas yang ada di Cekungan Sumatera ini. Lebih dari 170.000 barel oil per day dari gabungan seluruh perusahaan minyak yang ada di Provinsi Riau seperti Pertamina Hulu Rokan (PHR), Bumi Siak Pusako (BSP), PT. Imbang Tata Alam (Group PT. EMP), Pertamina Hulu Energi, PT. SPR Langgak.
Namun demikian minyak dan gas bumi (Migas) adalah sumber daya alam tidak terbarukan yang bernilai strategis, karena menyangkut hajat hidup masyarakat riau dan peranannya sebagai salah satu sumber energi dan sumber devisa sangat penting di dalam menunjang pembangunan nasional, yaitu sebagai one of the agent of development. Eksploitasi minyak bumi, selain menghasilkan minyak bumi dan gas, juga menghasilkan antara lain: air terproduksi, gas bumi, limbah padat dan limbah B3. Limbah-limbah tersebut berpotensi mencemari lingkungan, apabila tidak dikelola dengan baik.
Sementara itu Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa pemerintah akan terus memantau perkembangan harga minyak yang berdampak pada anggaran belanja subsidi energi termasuk di Riau. Selain itu, imbuhnya, pemerintah juga akan mendorong pelaksanaan program BBM satu harga atau tarif flat pada 2024 melalui Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas. Pemerintah mencatat perincian dari alokasi belanja subsidi energi pada 2024 terdiri atas subsidi jenis BBM tertentu dan LPG tabung 3 Kg sebesar Rp113,27 triliun dan subsidi listrik sebesar Rp75,83 triliun.
“insyaAllah stok BBM dan gas LPG bersubsidi selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri 2024 aman. Kami akan berupaya memperhatikan dengan seksama agar kebutuhan BBM dan GAS LPG bersubsidi bagi Masyarakat Riau terpenuhi dan tersalurkan secara tepat kepada orang-orang yang tepat pula” tegas Mustakim Jm, ketua umum LIPBB-MIGAS.
Ia berharap bisa bekerjasama antara Segenap Lapisan Masyarakat Riau dengan Lembaga Independen Pemantau Bahan Bakar Minyak Dan Gas [LIPBB-MIGAS] Provinsi Riau untuk saling menjaga memantau mengawasi pendistribusian BBM dan gas LPG bersubsidi di seluruh wilayah di Provinsi Riau.