PERSADARIAU, SIAK – Ramainya aktivitas melansir bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi ke tempat penimbunan minyak menyulitkan warga mendapatkan bahan bakar dari SPBU.
Menurut pemilik warung yang berdomisili tak jauh dari Simpang Belutu di Kecamatan Kandis menuturkan, masyarakat terpaksa harus membeli dari kios penjual eceran.
“Mau isi untuk kendaraan saja harus antri karena ramai pelansir, bahkan pengecer juga berebutan. Anehnya, justru mereka datang dari tempat yang jauh dari sini (kandis),” kata warga yang meminta anonim itu, Jum’at (11/4/25).
Warga ini juga mengatakan, di tempat penjual minyak eceran juga beredar Pertalite dan Solar yang diduga hasil oplosan yang bersumber dari gudang-gudang di Kandis.
Untuk jenis Solar, umumnya kios penjual minyak eceran membeli dari para pengumpul atau pelansir dengan harga mulai dari Rp 360.000 – Rp 370.000 per jerigen isi 35 liter.
Penduduk Kandis lainnya, sebut saja Dani. Ia menyebutkan akibat menggunakan Pertalite yang diduga di oplos menyebabkan sepeda motor masyarakat kerap alami masalah.
“Sepeda motor gampang mogok, diduga faktornya karena BBM yang digunakan,” ujar Dani, berdasarkan keluhan dari kerabat maupun tetangganya.
Kunci utama dalam menjaga performa kendaraan agar tetap prima adalah bahan bakar berkualitas. Penggunaan BBM yang dicampur dengan zat lain dapat berdampak buruk pada mesin kendaraan.
Beredarnya Bahan Bakar Minyak (BBM) oplosan menjadi ancaman serius bagi masyarakat luas, terutama pada penjual.
Diberitakan sebelumnya, sebuah gudang yang teletak di jalan Lintas Petapahan – Simpang Gelombang (Cd-01) tepatnya di sekitar Kelok Ular, Kecamatan Kandis.
Diduga menjadi tempat berlangsungnya proses pengoplosan BBM jenis Pertalite sebelum dijual kembali ke pasar.
Terkait dugaan penimbunan dan aktivitas di dalam gudang tersebut. Awak media mencoba hubungi pihak pengelola gudang yang akrab di sapa (S), hari Selasa (15/4/25).
Namun, konfirmasi yang dilakukan wartawan tidak di respons oleh oknum tersebut. ***

