PERSADARIAU,JAKARTA – Pemerintah Indonesia menegaskan sikapnya untuk tidak membuka akses bantuan kemanusiaan dari luar negeri, termasuk dari Malaysia, dalam penanganan bencana banjir dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatra dan Aceh. Pemerintah menyatakan Indonesia masih mampu menangani dampak bencana tersebut secara mandiri.
Presiden Prabowo Subianto mengatakan sejumlah pemimpin negara sahabat telah menyampaikan tawaran bantuan, namun pemerintah memilih menanganinya dengan kekuatan sendiri.
“I said, thanks for your concern, we can handle it,” ujar Presiden Prabowo menanggapi tawaran bantuan asing untuk korban bencana di Sumatra.
Menurut Presiden, keputusan tersebut diambil karena pemerintah menilai kapasitas nasional, baik dari sisi sumber daya manusia, logistik, maupun anggaran, masih mencukupi untuk penanganan darurat dan pemulihan.
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian turut menjadi sorotan setelah pernyataannya mengenai bantuan dari Malaysia menuai kritik publik. Tito menegaskan tidak pernah bermaksud meremehkan bantuan kemanusiaan dari negara tetangga tersebut.
“Saya sama sekali tidak bermaksud untuk mengecilkan bantuan, dukungan dari warga Malaysia kepada Aceh. Tidak ada niat seperti itu,” kata Tito dalam keterangannya di Jakarta.
Ia juga menyampaikan permohonan maaf apabila pernyataannya sebelumnya menimbulkan kesalahpahaman.
“Jika ada pernyataan saya yang disalahartikan dan menyinggung, saya mohon maaf,” ujarnya.
Pernyataan pejabat Indonesia itu memicu reaksi dari sejumlah tokoh masyarakat dan warga Malaysia. Di media sosial dan sejumlah forum publik, muncul kritik yang menilai sikap pemerintah Indonesia terkesan tidak menghargai solidaritas kemanusiaan.
Salah satu tokoh masyarakat Malaysia menyebut bantuan kemanusiaan seharusnya dilihat sebagai bentuk empati, bukan dinilai dari besar kecilnya nominal.
“Bantuan ini soal kemanusiaan, bukan soal angka. Yang penting niat untuk membantu saudara yang sedang tertimpa musibah,” ujar tokoh masyarakat Malaysia tersebut.
Sejumlah warga Malaysia juga menyayangkan pernyataan pejabat Indonesia yang dinilai kurang sensitif terhadap perasaan masyarakat Malaysia yang memiliki kedekatan historis dan emosional dengan Aceh.
Hingga kini, pemerintah Indonesia tetap pada sikapnya untuk mengutamakan penanganan bencana secara nasional, sembari menyampaikan apresiasi atas perhatian dan solidaritas negara sahabat, termasuk Malaysia.

