PERSADARIAU, PELALAWAN — Bupati Pelalawan baru saja menghadiri pembukaan Penerimaan Anggota Baru (PPAB) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kabupaten Pelalawan pada Sabtu (27/9/2025) di Kerinci Skyland Z-Park.
Kegiatan ini menjadi tonggak sejarah bagi GMNI Pelalawan yang untuk pertama kalinya melaksanakan kaderisasi formal di daerah negeri Amanah. Dengan mengusung tema “Memperkenalkan dan Menumbuhkan Semangat Marhaenisme sebagai Azas Perjuangan di Era Globalisasi”.
” PPAB ini diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai ideologi kerakyatan sekaligus membangun karakter kader mahasiswa yang siap menjawab tantangan zaman”.
Bupati Pelalawan H. Zukri SM MM memberikan apresiasi dan dukungan penuh atas kehadiran GMNI di Pelalawan. Menurutnya, organisasi mahasiswa seperti GMNI berperan penting dalam membentuk generasi muda yang kritis, nasionalis, dan berkomitmen terhadap pembangunan daerah.
” Marhaenisme merupakan semangat perjuangan yang mengakar pada rakyat kecil. Di era globalisasi, semangat ini harus dihidupkan agar mahasiswa tidak tercerabut dari akar budaya dan nilai kebangsaan. Kehadiran GMNI di Pelalawan diharapkan menjadi mitra strategis pemerintah daerah dalam mencetak generasi unggul yang peduli terhadap masyarakat,” kata Bupati H. Zukri.

Organisasi pada prinsipnya dimaksudkan sebagai media perjuangan dari pemikiran yang dimaterialisasikan sebagai pergerakan. Ada istilah Ideologi yang bisa diterjemahkan sebagai gagasan yang disusun secara sistematis dan diyakini kebenarannya untuk di wujudkan dalam kehidupan. Setiap negara di dunia, pastinya memiliki ideologi nya masing-masing, tidak terkecuali Indonesia.
Indonesia adalah negara yang sejak dahulu sudah banyak di pengaruhi oleh beberapa ideologi besar dunia seperti Liberalisme, Kapitalisme, Sosialisme, Komunisme, dan Islamisme.
Mengenal Paham Marhaenisme
Soekarno mengembangkan Marhaenisme dari pemikiran Marxisme yang diterapkan sesuai kondisi dan kultur Indonesia pada saat itu. Tentu saja dapat di simpulkan bahwa Marxisme-Komunisme-Atheisme-Sosialisme-Marhaenisme saling berkaitan satu sama lain.
Orang-orang pun akhirnya memaknai Marhaenisme dengan konotasi yang negatif karena terinspirasi dari ideologi-ideologi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Dan Marhaenisme juga lahir dari pemikiran Soekarno yang mana, beliau merupakan penganut Marxisme plus-plus.
Didalam sebuah artikel yang dikutip dari media Banten, dijabarkan secara umum perkembangan PKI pada masa Orde Lama yang sekaligus menjadi loyalis pemerintahan Soekarno, membuktikan bahwa secara tidak langsung PKI memiliki ideologi Marxisme.
Terjadinya peristiwa G30S/PKI, menyebabkan di keluarkannya larangan penyebaran paham Marxisme, orang-orang PKI dan ajaran kiri pun dibabat habis saat era Orde Baru.
Peristiwa ini juga menimbulkan imbas kepada Presiden Indonesia pada saat itu yaitu Ir. Soekarno. Soekarno di kudeta dari jabatannya sebagai presiden dan menjadi tahanan politik.
Ajaran-ajaran Bung Karno dianggap sebagai gerakan kiri, dan dianggap sebagai bagian dari ajaran Komunis, termasuk Marhaenisme.
Ini karena Soekarno yang di asumsikan sebagai orang yang dekat dengan partai/ organisasi beraliran kiri dan pasca peristiwa G30S, beliau juga menolak pembubaran PKI pada waktu itu.
Ajaran-ajaran yang berbau kiri pun di musnahkan pada zaman Orde Baru karena dianggap bertentangan dengan negara, Pancasila, dan di propagandakan sebagai ajaran yang haram untuk di sebarkan.
Terlepas dari bagaimana banyak orang memaknai Marhaenisme sebagai ideologi komunis, ideologi kiri, ideologi yang lahir dari orang yang di asumsikan sebagai komunis dan lain-lainnya.
Menurut pengamat politik Yudi Latief, di lansir dari Antara News, Pandangan Marhaenisme semakin terpinggirkan akibat masyarakat selalu mengasumsikannya sebagai paham komunis.
Padahal Marhaenisme, menurut dia merupakan paham dari sosialisme yang elemennya berpihak kepada keadilan sosial. Marhaenisme, sosialisme, menurut dia sebenarnya merupakan dasar dari cara berpikir Pancasila yang memperjuangkan masyarakat terbebas dari ketidakadilan dan kesenjangan, dan bukanlah seperti yang diinterpretasikan seperti selama ini sebagai komunisme.**
Editor: FA