Penulis : Andi Salim
PERSADARIAU, OPINI — Pemberlakuan hukuman mati tergolong biasa untuk korupsi di China, meskipun mantan wakil walikota di provinsi Shanxi dijatuhi vonis ini pada 2018. Langkah tersebut menggarisbawahi sikap Partai Komunis yang semakin keras terhadap penanganan korupsi yang terjadi di antara kader partai yang duduk di pemerintah dan eksekutif perusahaan negara, mereka pun sudah menghukum lebih dari 1,5 juta pejabat pemerintah yang telah dihukum mati.
Sekiranya aturan ini bisa diterapkan di Indonesia, tentu banyak orang tua akan lebih senang melihat anaknya yang hidup secara sederhana asal tidak terjebak pada tindakan melakukan korupsi, lebih dari pada itu, akan banyak pula para istri yang menyampaikan pesan kepada suaminya agar menjauhkan diri untuk melakukan perbuatan tercela itu, serta para anak-anak mereka pun tidak lagi menuntut fasilitas yang berlebihan agar orang tuanya tidak terjerat dan dihukum mati atas perbuatan korupsi tersebut.
Maka yang terjadi adalah banyaknya keluarga yang justru tidak bersaing untuk berpola hidup mewah serta saling pamer kekayaan sehingga bangga akan kesederhanaan untuk menjalani hidup apa adanya. Tidak seperti saat ini, semua seakan terukur dari materi dan menunggu kesempatan barangkali bisa memiliki peluang korupsi serta bangga dengan seragam orange yang dipakainya, sebab pakaian itu menampakkan orang yang tinggi pangkat dan wewenangnya.
Gaya hidup atau Lifestyle atau biasa disebut sebagai pola hidup itu meliputi kebiasaan, cara hidup, cara merasa, melihat, memahami, berfikir, cara bertindak, berkomunikasi dan beberapa yang lain. Perilaku dalam pola hidup itu menggambarkan, mengekspresikan diri seseorang untuk menampakkan pilihan akan tujuan, sasaran, target, metode pencapaian dari dan oleh seseorang, kelompok orang, bahkan bangsa atau keadaan suatu generasi.
Kehendak seseorang itu mempengaruhi setiap tindakan mereka dipadukan pula kepada pengalaman di masa lampau dari apa yang telah dilaluinya, sehingga mendorong kepada usaha untuk merealisasikan suatu keinginan. Perasaan inferioriti yang wujud secara nyata atau khayalan dalam diri seseorang individu dianggap suatu yang normal. Bahkan, perasaan inferioriti itu menjadi dorongan untuk seseorang individu mencapai keinginan tujuan atau keinginannya.
Desakan hidup yang dihadapi seseorang menjadi sumber atas perkembangan personaliti individu itu sendiri. Di samping itu, konsep mandiri dan kreatif turut memainkan peranan besar dalam menentukan personaliti seseorang. Sebab sikap mandiri dan kreatif merupakan wujud dalam diri dari setiap individu untuk melakukan proses pembelajaran yang dilalui sepanjang kehidupannya. Apa saja keputusan yang dibuat, merupakan bentuk tanggungjawab yang disandarkan kepada individu itu sendiri.
perilaku manusia pada dasarnya adalah penentu bagi dirinya sendiri (self-determination) dan bahwa mereka membentuk kepribadian dari pemahaman yang mereka dapatkan dari pengalaman yang diperolehnya. Interpretasi manusia terhadap pengalaman lebih penting dari pada cerita dari pengalaman itu diperoleh, sehingga keterikatan masa lalu akan mempengaruhi masa depan serta menentukan perilaku seseorang pula. Disinilah seseorang sering terjebak pada proses keinginan yang mempengaruhinya dari caranya dalam mencapai keinginan tersebut.
Bila tidak ditopang oleh iman yang teguh, sepanjang hidupnya manusia akan dikuasai oleh nafsu yang terus mengkreasi suatu keinginan. pada akhirnya menjerumuskan diri seseorang kepada nilai-nilai semu, sehingga menciptakan penderitaannya sendiri dan juga termasuk menciptakan penderitaan bagi orang lain. Banyaknya keinginan itu cenderung menjadikan seseorang menjadi serakah dan melakukan apa saja demi kebahagiaannya. Pandangan ini berlaku universal, sebab kekayaan yang selalu di identik kan dengan kebahagiaan. Adalah cara pandang yang meletakkan diri pada sudut yang serba materialistik saja.