PERSADARIAU, PEKANBARU – Jikalahari mendesak Coldplay (grup musik asal Inggris) mengkaji ulang sponsorship dengan Bank Central Asia (BCA) karena temuan Jikalahari dan Forest and Finance, BCA mendanai korporasi pulp dan kertas serta sawit yang menyebabkan deforestasi, karhutla, merampas hutan dan tanah masyarakat adat serta merusak keanekaragaman hayati.
Coldplay memilih BCA sebagai salah satu sponsor resmi konser di Indonesia karena komit BCA terhadap isu lingkungan dan keberlanjutan atau environmental, social, and corporate governance (ESG). “Coldplay jangan mau ditipu dengan ESG di atas kertas. Coldplay perlu melihat secara langsung deforestasi yang terjadi di Indonesia yang dilakukan oleh korporasi pulp dan kertas serta sawit yang terus didanai lembaga jasa keuangan yang salah satunya dibiayai oleh BCA,” kata Made Ali, Koordinator Jikalahari.
Hasil analisis data Forest and Finance sejak 2012 – 2022 menemukan BCA mendanai grup pulp dan kertas serta sawit dengan total $ 5.174 juta atau setara dengan Rp 76,6 triliun. Pendanaan ini mengalir ke Sinarmas Group dan RGE untuk sektor pulp dan kertas, sedangkan korporasi sawit menerima pendanaan seperti Salim Group, Rajawali Nusantara, Sinarmas Group, DSN Group, Fangiono Agro Plantation, Jardine Matheson Group dan Gozco Group.
Sepanjang pendanaan yang diberikan BCA, sepanjang itu pula korporasi melakukan kejahatan lingkungan, merusak hutan alam dan konflik di 8 provinsi yaitu Riau, Sumatera Utara, Jambi, sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Papua,” kata Made
Coldplay akan konser di Indonesia pada 15 November mendatang. Sejak 2019, Coldplay mulai komit pada isu lingkungan. Coldplay sempat menyatakan tidak akan mengadakan konser hingga bisa digelar secara lebih rama lingkungan. Konser di Indonesia, Coldplay melabeli akan ramah lingkungan seperti produksi panggung dengan energi terbarukan dan super rendah emisi, menggunakan pesawat komersial, penonton konser dapat menggunakan sepeda dan gerakan di lantai stadion yang menghasilkan listrik serta menanam satu pohon untuk satu tiket penonton.
“Konsep ramah lingkungan Coldplay tanpa memitigasi dan mengkampanyekan kejahatan korporasi sektor sumberdaya alam, perampasan hutan tanah masyarakat adat, perusakan flora dan fauna serta isu perubahan iklim, hanyalah konser yang sia-sia yang justru tidak ramah lingkungan,” Kata Made Ali.
Temuan terbaru, di tengah antusias publik membeli tiket konser Coldplay, Hasil pantauan hotspot melalui satelit Terra Aqua-Modis sepanjang Januari – Mei 2023 di areal korporasi yang mendapat pendanaan dari BCA terdapat 196 hotspot yang tersebar di APP Sinarmas 76 titik dan APRIL Grup 117 titik. Sedangkan melalui satelit Nasa Viirs-Modis dengan confidence <70% menyimpulkan 5 titik panas terdeteksi di konsesi APP yaitu PT Ruas Utama Jaya, PT Satria Perkasa Agung, PT Arara Abadi Siak, PT Mitra Hutani Jaya. Titik juga terdeteksi di konsesi milik APRIL Grup yaitu 1 titik di PT Sumatera Riang Lestari blok IV, 2 titik di PT RAPP Pelalawan, 2 titik di PT Uniseraya, 1 titik di PT RAPP Sungai Kampar dan 1 titik di PT Sumatera Riang Lestari blok VI.
“Konser ramah lingkungan Coldplay patut diapresiasi, namun perhatian untuk mengurangi emisi CO2 bukan hanya memperhatikan sumber energi hijau dan bahan bakar sustainable. Coldplay juga harus tahu emisi CO2 tertinggi justru muncul dari kebakaran hutan lahan yang terjadi di areal korporasi yang didanai oleh BCA selaku sponsor Coldplay,” kata Made