PERSADARIAU, LINGGA – Berawal dari iseng-iseng melihat tumpukan Sabut dan Tempurung Kelapa, ide pun muncul untuk membuat sebuah karya seni menjadi Pipa Rokok dan Sarung Korek Api.
Yanda salah satu pengrajin Home industri di wilayah kecamatan singkep, kabupaten lingga mengungkapkan, produk buatannya ini cukup sederhana hanya dari bahan sabut kelapa, juga tempurungnya
Untuk membuatnya menjadi sebuah hasil karya yang unik dari sabut kelapa itu memang tidak terlalu sulit
“Namun membutuhkan ketelitian dan keseriusan agar bisa menjadi sebuah karya seni yang bisa menghasilkan cuan,”kata Yanda di sebuah warung kopi Deni simpang tiga jalan perusahaan Dabo Singkep, Kamis (16/2/2023).
Dikatakannya lagi, hasil karya seni yang terbuat dari beragam bahan itu, telah menghasilkan beberapa karya seni, diantaranya tempat Korek Api Gas dan juga Pipa Rokok.
Membuat satu karya seni, Yanda tidak membutuhkan waktu yang cukup lama, yang penting bahan bakunya tersedia seperti, sabut dan tempurung kelapa juga lem.
Sebab untuk merajut dan merekatkan bagian-bagian sabut atau yang sudah dicetak juga membutuhkan lem.
“Saya sudah mencobanya memakai bahan yang lain, namun beberapa kali gagal, adanya sabut jadi saya coba pakai sabut,” ungkap Yanda.
Ia juga menjelaskan, penggunaan bahan bekas ini sebenarnya sebagai upaya untuk pemanfaatan kembali sisa-sisa bekas kelapa sehingga tidak lagi mengotori lingkungan.
Bahan bekas seperti sabut yang terbuang ini, memang tidak memiliki nilai seni apabila berada di tempat sampah
“Tapi ketika dilakukan oleh tangan-tangan terampil, bisa dijadikan sebuah karya seni tentu akan sangat berharga,”tuturnya
Kemudian yang sudah jadi, baik sarung korek maupun pipa rokok dijual degan harga Rp 35 ribu, memang bahan yang tampak tak berguna ini, idenya yang mahal hingga bisa menghasilkan sebuah karya seni.
Sementara, untuk penjualannya Yanda mengakui memang belum terlalu laris, karena masih mengandalkan sistem penjualan konvensional, dengan menawarkan langsung kepada calon pembeli atau teman dan kerabat saja.
Sebab pekerja pembuatannya hanya berjumlah tiga orang, yang dibimbing oleh bapak M. Valintianus biasa disapa Valin.
Namun ke depan dirinya akan berusaha untuk menjualnya melalui media sosial atau menggunakan sistem online. Sehingga pasarannya tidak sebatas wilayah kampungnya saja, tapi bisa menjangkau luas ketempat lain di luar daerah.
Penulis : Zainudin